Saya pernah jatuh cinta pada buku tulis kecil yang bisa dibawa kemanapun, buku catatan. Banyak hal yang bisa saya tuliskan di buku itu, termasuk ringkasan materi kuliah, deadline tugas, hingga rencana remeh-temeh yang ingin saya lakukan. Tapi, saat mulai mengenal laptop, buku catatan itu terpinggirkan. Dengan laptop, saya pikir tak perlu lagi mencatat, cukup mengunduh E-book dan materi kuliah yang sudah tersedia di internet. Menyusul kepopuleran laptop, tablet kemudian muncul dengan ukuran yang lebih kecil dan ringan, mudah dan nyaman dibawa saat bepergian. Ratusan E-book pun dapat dimuat, lengkap dengan aplikasi Notes. Tak perlu lagi membawa buku catatan kemana-mana.
Seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa teknologi tersebut tidak sepenuhnya dapat menggantikan posisi buku catatan. Ada hal-hal tertentu dari buku catatan yang tidak bisa tergantikan, bahkan oleh laptop dan tablet sekalipun. Setidaknya ada 3 hal istimewa dari buku catatan, yang membuat saya jatuh cinta berkali-kali dan tetap setia menggunakannya hingga saat ini. Here they are!
1. Buku catatan bisa dibawa kemana-mana tanpa takut lowbat!
Di masa-masa penulisan tugas akhir dulu, saya suka membawa bahan tulisan ke kedai kopi agar bisa menulis lebih rileks. Beberapa kali, saya lupa membawa charger laptop, padahal dayanya sisa 10%. Saat ingat bawa charger, tempat nge-charge malah penuh. Benar-benar menguji kesabaran. Tapi, dengan buku catatan, saya tidak perlu khawatir dengan masalah-masalah semacam itu. Saya bisa duduk berlama-lama di kedai kopi, menuliskan kerangka pikir dan ide penting, tanpa khawatir kehabisan daya dan mati gaya.
2. Buku catatan tak perlu takut diserang virus!
Virus adalah salah satu musuh para pengguna gadget, termasuk pengguna laptop dan tablet. Pasalnya, serangan virus dapat menyembunyikan data atau bahkan merusak data. Di awal semester 5 dulu, saya harus rela kehilangan semua data materi dan tugas kuliah yang tersimpan rapi di laptop. Semua materi kuliah, dari awal semester 1 hingga akhir semester 4, hilang tanpa jejak karena serangan virus. Untungnya, masih ada catatan yang tersimpan hingga saat ini. Catatan tentang materi kuliah yang sempat saya tuliskan di buku catatan.
3. Buku catatan dapat menjadi penyimpan kenangan yang istimewa!
Pernah suatu hari, demi tugas hafalan 37 Pasal Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, saya mencari buku UUD 1945 di rak buku Almarhum Kakek. Diantara deretan buku tua dengan kertas yang sudah berwarna kecoklatan, terselip satu buku catatan kakek. Sampul bukunya hitam dan masih cukup mengkilat, Dari buku itu, saya jadi tahu bagaimana tulisan tangan beliau. Saya juga jadi tahu tentang hal-hal yang menjadi perhatian beliau, termasuk beberapa kalimat bijak yang dituliskan di buku catatan itu. Kalau saja internet sudah ada sejak jaman Kakek dulu, pola pikir dan pola tindak beliau mungkin akan terekam di sosial media. Bagaimanapun, goresan pena di buku catatan, sebagai wujud kolaborasi kognitif dan motorik, akan tetap lebih istimewa dibanding deretan Times New Roman di layar komputer.
Itulah 3 hal yang membuat saya tetap setia menggunakan buku catatan di tengah-tengah pesatnya perkembangan teknologi. Mengabaikan buku catatan karena gadget yang lebih edgy, adalah meninggalkan hal yang sederhana untuk sesuatu yang terkesan lebih sempurna. Tanpa sadar, ternyata kesederhanaan yang justru menenangkan.
Seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa teknologi tersebut tidak sepenuhnya dapat menggantikan posisi buku catatan. Ada hal-hal tertentu dari buku catatan yang tidak bisa tergantikan, bahkan oleh laptop dan tablet sekalipun. Setidaknya ada 3 hal istimewa dari buku catatan, yang membuat saya jatuh cinta berkali-kali dan tetap setia menggunakannya hingga saat ini. Here they are!
1. Buku catatan bisa dibawa kemana-mana tanpa takut lowbat!
Di masa-masa penulisan tugas akhir dulu, saya suka membawa bahan tulisan ke kedai kopi agar bisa menulis lebih rileks. Beberapa kali, saya lupa membawa charger laptop, padahal dayanya sisa 10%. Saat ingat bawa charger, tempat nge-charge malah penuh. Benar-benar menguji kesabaran. Tapi, dengan buku catatan, saya tidak perlu khawatir dengan masalah-masalah semacam itu. Saya bisa duduk berlama-lama di kedai kopi, menuliskan kerangka pikir dan ide penting, tanpa khawatir kehabisan daya dan mati gaya.
2. Buku catatan tak perlu takut diserang virus!
Virus adalah salah satu musuh para pengguna gadget, termasuk pengguna laptop dan tablet. Pasalnya, serangan virus dapat menyembunyikan data atau bahkan merusak data. Di awal semester 5 dulu, saya harus rela kehilangan semua data materi dan tugas kuliah yang tersimpan rapi di laptop. Semua materi kuliah, dari awal semester 1 hingga akhir semester 4, hilang tanpa jejak karena serangan virus. Untungnya, masih ada catatan yang tersimpan hingga saat ini. Catatan tentang materi kuliah yang sempat saya tuliskan di buku catatan.
3. Buku catatan dapat menjadi penyimpan kenangan yang istimewa!
Pernah suatu hari, demi tugas hafalan 37 Pasal Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, saya mencari buku UUD 1945 di rak buku Almarhum Kakek. Diantara deretan buku tua dengan kertas yang sudah berwarna kecoklatan, terselip satu buku catatan kakek. Sampul bukunya hitam dan masih cukup mengkilat, Dari buku itu, saya jadi tahu bagaimana tulisan tangan beliau. Saya juga jadi tahu tentang hal-hal yang menjadi perhatian beliau, termasuk beberapa kalimat bijak yang dituliskan di buku catatan itu. Kalau saja internet sudah ada sejak jaman Kakek dulu, pola pikir dan pola tindak beliau mungkin akan terekam di sosial media. Bagaimanapun, goresan pena di buku catatan, sebagai wujud kolaborasi kognitif dan motorik, akan tetap lebih istimewa dibanding deretan Times New Roman di layar komputer.
Itulah 3 hal yang membuat saya tetap setia menggunakan buku catatan di tengah-tengah pesatnya perkembangan teknologi. Mengabaikan buku catatan karena gadget yang lebih edgy, adalah meninggalkan hal yang sederhana untuk sesuatu yang terkesan lebih sempurna. Tanpa sadar, ternyata kesederhanaan yang justru menenangkan.