Sabtu, 5 maret 2016, Persatuan Pelajar Indonesia di Phitsanulok mengadakan kajian mingguan dan membahas tentang Culture Shock di Thailand. Materi culture shock dibawakan oleh Bapak Robertus Pudjo Leksono, dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia di Naresuan University (NU).
Pembahasan diawali dengan penjelasan tentang apa itu culture shock. Istilah culture shock secara umum digunakan untuk menggambarkan perasaan nervous yang dialami seseorang yang baru saja pindah ke lingkungan baru, apakah itu provinsi baru, ataupun negara baru. Perasaan nervous atau gelisah yang dialami ketika dihadapkan dengan budaya yang kontras dengan budaya asal boleh dikatakan normal. Hanya saja, hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut dan harus segera dilakukan penyesuaian.
Bagaimana pengalaman para mahasiswa Indonesia pada tahap awal adaptasi mereka dengan budaya lokal di Thailand? Adakah budaya lokal Thailand yang kontras dengan budaya di Indonesia?
Pada sesi diskusi, satu per satu mahasiswa berbagi pengalaman mereka ketika pertama kali berbaur dengan masyarakat lokal. Berikut adalah hal-hal unik yang ditemui para mahasiswa Indonesia di Thailand:
1. Makanan Thai yang unik
Menurut Hasriadi, mahasiswa magister di Fakultas Farmasi NU, makanan adalah salah satu hal yang membedakan antara Thailand dan Indonesia. Hal ini bukan hanya karena banyaknya makanan yang diolah dengan campuran daging babi, tetapi juga karena cita rasa makanan Thai yang khas. Cita rasa yang khas tersebut salah satunya dikarenakan penggunaan herba tertentu yang tidak umum digunakan dalam masakan khas Indonesia, misalnya saja coriander. Banyak makanan Thailand yang menggunakan coriander, misalnya dalam soup, nasi goreng, tom yum, dan masih banyak jenis makanan lainnya. Secara morfologi, coriander ini mirip seledri, tetapi rasanya sangat berbeda. Menurut beberapa mahasiswa Indonesia yang baru pertama kali mencicipi coriander (yang dicampur dalam makanan pesanan mereka), aroma coriander ini menyerupai aroma serangga walangsangit dalam kerongkongan mereka. Mahasiswa tahun kedua yang sudah terbiasa dengan coriander, membenarkan sensasi aroma walangsangit saat pertama kali mencicipi coriander. Tetapi, setelah terbiasa, aroma coriander ini justru menjadi penikmat makanan dan tidak terasa seperti walangsangit lagi. Intinya, hanya butuh pembiasaan.
Bagaimana dengan makanan halal? Apakah ada makanan halal disini? Ya, meskipun tidak banyak, di lingkungan kampus NU disediakan beberapa warung halal. Selain itu, dapur khusus mahasiswa muslim dan vegetarian juga telah disediakan. Ketersediaan dapur ini juga menjadi salah satu jalan keluar bagi mereka yang kurang suka dengan makanan Thai. Hanya saja, sebagai mahasiswa dengan beban tugas yang cukup padat, memasak seringkali menjadi pilihan kedua, dan membeli makanan di warung halal tetap menjadi pilihan utama. Nah, disinilah pentingnya mempelajari bahasa Thai, minimal untuk memesan makanan yang sesuai selera masing-masing, misalnya tidak pedas (mai phed), tidak kecut (mai priaw), atau tanpa coriander (mai sai phakchi)
2. Berbagai macam pertanyaan tentang agama Islam
Sebagai mahasiswa asing yang beragama islam, jangan heran jika banyak teman-teman dari negara lain termasuk mahasiswa Thai yang akan mengajukan berbagai macam pertanyaan terkait islam. Hal ini dikarenakan Islam merupakan agama minoritas di Thailand, dengan jumlah pemeluk Islam yang hanya sekitar 5% dari total 64 juta jiwa penduduk Thailand. Mereka umumnya bertanya hanya karena penasaran tentang aturan-aturan dalam islam yang berbeda dengan aturan dalam agama yang mereka anut, misalnya "Kenapa muslim tidak boleh makan daging babi?" "Kenapa harus shalat lima kali dalam sehari?" "Kenapa harus berjilbab?". Pertanyaan ini akan ditanyakan tidak hanya oleh satu atau dua orang saja, juga tidak hanya sekali atau dua kali saja, tapi berkali-kali.
Pernah suatau hari, saya bertemu dengan tiga orang anak kecil di ruang baca CU Book Store. Saya perkirakan mereka duduk di bangku kelas 3 atau kelas 4 SD. Ketiga anak ini mendekati saya dan bertanya banyak hal karena (mungkin) baru kali itu mereka melihat orang berjilbab. Menggunakan bahasa Thai sambil memegang kepalanya, saya mengerti anak itu bertanya "kakak, kenapa pakai seperti itu (jilbab)?". Saya berusaha menjawab dengan sederhana, "karena kakak muslim" (Chan bpen muslim kha). Mereka mengangguk mengerti lalu lanjut bertanya "jadi, kalau muslim harus pakai jilbab?" "muslim tidak boleh makan daging babi kan kak?" "Kenapa tidak boleh, kak?" "Bagaimana dengan ayam dan ikan, apa boleh?." Pertanyaan serupa tidak hanya saya dapatkan dari anak-anak kecil ini, tetapi juga dari teman-teman sekelas dan teman-teman sesama mahasiswa asing.
3. Arti kata dalam bahas aThai tergantung pada ''tone'' yang digunakan
Mahasiswa Indonesia umumnya tidak memiliki bekal bahasa Thai yang memadai ketika pertamakali tiba di Thailand. Alhasil, sosialisasi dengan masyarakat lokal pada bulan-bulan pertama di Thailand membutuhkan usaha ekstra. Meskipun sudah banyak mahasiswa Thai yang mampu berkomunikasi aktif dengan bahasa inggris, tidak sedikit juga yang hanya mampu berkomunikasi pasif atau bahkan tidak mengerti sama sekali. tetapi, pengalaman dan proses sosialisasi setiap mahasiswa tentunya berbeda-beda, tergantung lingkungan kuliah dan kemampuan penyesuaian diri masing-masing. Ada yang harus belajar bahasa Thai karena teman angkatannya kurang mampu berkomunikasi dalam bahasa inggris. Ada juga yang hanya menggunakan bahasa inggris, karena teman seangkatannya bisa dan mau mengembangkan kemampuan berbahasa inggris mereka.
Berdasarkan pengalaman saya, teman-teman sesama mahasiswa cenderung menggunakan bahasa inggris, karena mereka ingin melatih kemampuan berbahsa inggris mereka. Alhasil, kemampuan berbasa Thai saya kalau jauh dibandingkan mereka yang harus menyesuaikan diri untuk berkomunikasi dalam bahasa Thai. Tapi, ini bukan berarti saya tidak perlu meningkatkan kemampuan saya dalam berbahasa Thai, karena saya juga perlu berkomunikasi dengan masyarakat yang tidak berasal dari lingkungan akademik yang sama, mislnya dengan ibu-ibu penjual buah dan sayuran, atau dengan penjaga toko di mall. Tidak semua orang bisa berbahasa inggris disini. Setidaknya kemampuan berbahasa Thai dasar sudah cukup untuk mendukung survival disini.
Pembahasan diawali dengan penjelasan tentang apa itu culture shock. Istilah culture shock secara umum digunakan untuk menggambarkan perasaan nervous yang dialami seseorang yang baru saja pindah ke lingkungan baru, apakah itu provinsi baru, ataupun negara baru. Perasaan nervous atau gelisah yang dialami ketika dihadapkan dengan budaya yang kontras dengan budaya asal boleh dikatakan normal. Hanya saja, hal ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut dan harus segera dilakukan penyesuaian.
Bagaimana pengalaman para mahasiswa Indonesia pada tahap awal adaptasi mereka dengan budaya lokal di Thailand? Adakah budaya lokal Thailand yang kontras dengan budaya di Indonesia?
Pada sesi diskusi, satu per satu mahasiswa berbagi pengalaman mereka ketika pertama kali berbaur dengan masyarakat lokal. Berikut adalah hal-hal unik yang ditemui para mahasiswa Indonesia di Thailand:
1. Makanan Thai yang unik
Menurut Hasriadi, mahasiswa magister di Fakultas Farmasi NU, makanan adalah salah satu hal yang membedakan antara Thailand dan Indonesia. Hal ini bukan hanya karena banyaknya makanan yang diolah dengan campuran daging babi, tetapi juga karena cita rasa makanan Thai yang khas. Cita rasa yang khas tersebut salah satunya dikarenakan penggunaan herba tertentu yang tidak umum digunakan dalam masakan khas Indonesia, misalnya saja coriander. Banyak makanan Thailand yang menggunakan coriander, misalnya dalam soup, nasi goreng, tom yum, dan masih banyak jenis makanan lainnya. Secara morfologi, coriander ini mirip seledri, tetapi rasanya sangat berbeda. Menurut beberapa mahasiswa Indonesia yang baru pertama kali mencicipi coriander (yang dicampur dalam makanan pesanan mereka), aroma coriander ini menyerupai aroma serangga walangsangit dalam kerongkongan mereka. Mahasiswa tahun kedua yang sudah terbiasa dengan coriander, membenarkan sensasi aroma walangsangit saat pertama kali mencicipi coriander. Tetapi, setelah terbiasa, aroma coriander ini justru menjadi penikmat makanan dan tidak terasa seperti walangsangit lagi. Intinya, hanya butuh pembiasaan.
Bagaimana dengan makanan halal? Apakah ada makanan halal disini? Ya, meskipun tidak banyak, di lingkungan kampus NU disediakan beberapa warung halal. Selain itu, dapur khusus mahasiswa muslim dan vegetarian juga telah disediakan. Ketersediaan dapur ini juga menjadi salah satu jalan keluar bagi mereka yang kurang suka dengan makanan Thai. Hanya saja, sebagai mahasiswa dengan beban tugas yang cukup padat, memasak seringkali menjadi pilihan kedua, dan membeli makanan di warung halal tetap menjadi pilihan utama. Nah, disinilah pentingnya mempelajari bahasa Thai, minimal untuk memesan makanan yang sesuai selera masing-masing, misalnya tidak pedas (mai phed), tidak kecut (mai priaw), atau tanpa coriander (mai sai phakchi)
2. Berbagai macam pertanyaan tentang agama Islam
Sebagai mahasiswa asing yang beragama islam, jangan heran jika banyak teman-teman dari negara lain termasuk mahasiswa Thai yang akan mengajukan berbagai macam pertanyaan terkait islam. Hal ini dikarenakan Islam merupakan agama minoritas di Thailand, dengan jumlah pemeluk Islam yang hanya sekitar 5% dari total 64 juta jiwa penduduk Thailand. Mereka umumnya bertanya hanya karena penasaran tentang aturan-aturan dalam islam yang berbeda dengan aturan dalam agama yang mereka anut, misalnya "Kenapa muslim tidak boleh makan daging babi?" "Kenapa harus shalat lima kali dalam sehari?" "Kenapa harus berjilbab?". Pertanyaan ini akan ditanyakan tidak hanya oleh satu atau dua orang saja, juga tidak hanya sekali atau dua kali saja, tapi berkali-kali.
Pernah suatau hari, saya bertemu dengan tiga orang anak kecil di ruang baca CU Book Store. Saya perkirakan mereka duduk di bangku kelas 3 atau kelas 4 SD. Ketiga anak ini mendekati saya dan bertanya banyak hal karena (mungkin) baru kali itu mereka melihat orang berjilbab. Menggunakan bahasa Thai sambil memegang kepalanya, saya mengerti anak itu bertanya "kakak, kenapa pakai seperti itu (jilbab)?". Saya berusaha menjawab dengan sederhana, "karena kakak muslim" (Chan bpen muslim kha). Mereka mengangguk mengerti lalu lanjut bertanya "jadi, kalau muslim harus pakai jilbab?" "muslim tidak boleh makan daging babi kan kak?" "Kenapa tidak boleh, kak?" "Bagaimana dengan ayam dan ikan, apa boleh?." Pertanyaan serupa tidak hanya saya dapatkan dari anak-anak kecil ini, tetapi juga dari teman-teman sekelas dan teman-teman sesama mahasiswa asing.
3. Arti kata dalam bahas aThai tergantung pada ''tone'' yang digunakan
Mahasiswa Indonesia umumnya tidak memiliki bekal bahasa Thai yang memadai ketika pertamakali tiba di Thailand. Alhasil, sosialisasi dengan masyarakat lokal pada bulan-bulan pertama di Thailand membutuhkan usaha ekstra. Meskipun sudah banyak mahasiswa Thai yang mampu berkomunikasi aktif dengan bahasa inggris, tidak sedikit juga yang hanya mampu berkomunikasi pasif atau bahkan tidak mengerti sama sekali. tetapi, pengalaman dan proses sosialisasi setiap mahasiswa tentunya berbeda-beda, tergantung lingkungan kuliah dan kemampuan penyesuaian diri masing-masing. Ada yang harus belajar bahasa Thai karena teman angkatannya kurang mampu berkomunikasi dalam bahasa inggris. Ada juga yang hanya menggunakan bahasa inggris, karena teman seangkatannya bisa dan mau mengembangkan kemampuan berbahasa inggris mereka.
Berdasarkan pengalaman saya, teman-teman sesama mahasiswa cenderung menggunakan bahasa inggris, karena mereka ingin melatih kemampuan berbahsa inggris mereka. Alhasil, kemampuan berbasa Thai saya kalau jauh dibandingkan mereka yang harus menyesuaikan diri untuk berkomunikasi dalam bahasa Thai. Tapi, ini bukan berarti saya tidak perlu meningkatkan kemampuan saya dalam berbahasa Thai, karena saya juga perlu berkomunikasi dengan masyarakat yang tidak berasal dari lingkungan akademik yang sama, mislnya dengan ibu-ibu penjual buah dan sayuran, atau dengan penjaga toko di mall. Tidak semua orang bisa berbahasa inggris disini. Setidaknya kemampuan berbahasa Thai dasar sudah cukup untuk mendukung survival disini.