1. Nama panggilan teman-temanmu berasal dari kata benda disekitarmu
Kosa kata nama di Indonesia umumnya diserap dari bahasa asing, misalnya bahasa Arab, Sanskrit, atau bahasa daerah. Ketika seseorang bertanya, "Ani, nama kamu artinya apa?" Ani mungkin akan kebingungan menjelaskan arti namanya sendiri. Saya ingat salah satu teman saya, Irfan Gunadi. Saat diminta menjelaskan arti namanya di sesi perkenalan pada salah satu mata kuliah, dia menjelaskan "Gunadi, berasal dari kata berguna dan berbudi. Jadi, nama saya adalah doa agar saya menjadi anak yang berguna dan berbudi." Saya sempat terkagum-kagum, sungguh orang tuanya sangat kreatif memberi nama Gunadi yang berasal dari kata berguna dan berbudi.
"Irfan, kerennya arti nama ta!" (Irfan, arti nama kamu keren!)
"Saya karang itu sister, nda tauka apa artinya namaku" (Saya cuma mengarang, saya juga ga tau arti nama saya apa)
Ternyata, Irfan saat itu belum tahu arti kata gunadi. Akhirnya, dia mencoba menggunakan kreatifitasnya untuk mengarang arti namanya sendiri. Superb! Setelah melakukan penelusuran di Google, arti kata gunadi akhirnya ditemukan. Jadi, kata gunadi adalah kata sifat yang berasal dari bahasa Jawa yang berarti "baik kegunaannya." Setidaknya, kreatifitas Irfan dalam menjelaskan arti namanya tadi tidak berbeda jauh dari arti yang sebenarnya.
Seperti itulah penamaan orang-orang Indonesia pada umumnya, menggunakan kata sifat dari bahasa daerah atau bahasa asing. Banyak juga yang namanya menggunakan bulan kelahiran, misalnya teman saya Sari Octovira yang lahirnya di bulan Oktober. Ada pula yang menggunakan nama tokoh-tokoh terkenal dan berprestasi, misalnya Rudi Hartono, Susi Susanti, dan masih banyak lagi.
Berbeda dengan masyarakat Indonesia yang umumnya menggunakan kata sifat dan kata serapan dari bahasa asing, masyarakat di Thailand menggunakan kosa kata bahasa Thai untuk dijadikan nama. Khusus untuk nama panggilan, mereka umumnya menggunakan kata benda. Jika teman-teman kelasmu di Indonesia adalah Ani, Ari, Ria, dan Dodi yang tidak ada relevansinya dengan benda-benda disekitarmu, maka teman-teman kelasmu di Thailand kemungkinan adalah Fai (Awan), Daw (Bintang), Oiy (Minyak), Bank (Bank), dan kosa kata benda-benda lainnya. Sebagai mahasiswa asing, mengetahui arti nama banyak orang, bisa sekalian memperkaya kosa kata bahasa Thai. Keren dan unik, kan?
2. Menyapa senior dengan Wai (ไหว้)
Di Indonesia, ketika berpapasan dengan orang yang lebih tua atau yang di hormati, kita umumnya tersenyum dan memberi salam. Di Thailand, jika berpapasan dengan orang yang dihormati, misalnya dosen, senior, atau atasan, maka orang-orang akan melakukan "wai" seperti cara menyapa Ronald McDonald pada gambar di atas.
Kaitannya dengan "wai", ada satu fenomena yang menarik perhatian saya setiap tahun ajaran baru, yakni tradisi "wai" yang dilakukan oleh mahasiswa baru. Setidaknya selama 6 bulan pertama sejak memasuki universitas, mahasiswa baru akan melakukan "wai" pada hampir setiap senior yang mereka temui, baik itu di kantin, di koridor jurusan, atau bahkan di stasiun bus. Saat pertama kali tiba disini, saya sempat kaget karena sejak meninggalkan asrama hingga tiba di jurusan, semua mahasiswa baru yang saya temui di jalan melakukan "wai" secara bersama-sama. Sekali lagi, secara bersama-sama. Saya sempat kebingungan, kemudian membalas melakukan "wai" sepanjang jalan.
Sebagai mahasiswa asing yang belum mengerti kebudayaan lokal, saat itu saya selalu membalas "wai" para mahasiswa baru ini dengan melakukan "wai" juga. Sampai akhirnya saya memperhatikan para mahasiswa Thai senior yang hanya tersenyum ketika para maba melakukan "wai". Ternyata, melakukan wai pada orang yang lebih muda merupakan hal yang tidak umum bagi masyarakat disini.
"Wai" tidak hanya dilakukan saat menyapa atau menghormati seseorang, tetapi dapat pula dilakukan saat berterima kasih, meminta maaf, atau saat berpisah.
Kaitannya dengan "wai", ada satu fenomena yang menarik perhatian saya setiap tahun ajaran baru, yakni tradisi "wai" yang dilakukan oleh mahasiswa baru. Setidaknya selama 6 bulan pertama sejak memasuki universitas, mahasiswa baru akan melakukan "wai" pada hampir setiap senior yang mereka temui, baik itu di kantin, di koridor jurusan, atau bahkan di stasiun bus. Saat pertama kali tiba disini, saya sempat kaget karena sejak meninggalkan asrama hingga tiba di jurusan, semua mahasiswa baru yang saya temui di jalan melakukan "wai" secara bersama-sama. Sekali lagi, secara bersama-sama. Saya sempat kebingungan, kemudian membalas melakukan "wai" sepanjang jalan.
Sebagai mahasiswa asing yang belum mengerti kebudayaan lokal, saat itu saya selalu membalas "wai" para mahasiswa baru ini dengan melakukan "wai" juga. Sampai akhirnya saya memperhatikan para mahasiswa Thai senior yang hanya tersenyum ketika para maba melakukan "wai". Ternyata, melakukan wai pada orang yang lebih muda merupakan hal yang tidak umum bagi masyarakat disini.
"Wai" tidak hanya dilakukan saat menyapa atau menghormati seseorang, tetapi dapat pula dilakukan saat berterima kasih, meminta maaf, atau saat berpisah.
3. Cukup menggunakan "tone" berbeda untuk mengubah arti kata
Dalam bahasa Indonesia, mengucapkan satu kata dengan berbagai intonasi tidak akan mengubah arti kata tersebut. Misalnya, mengucapkan kata "datang" dengan nada menurun, sedang, rendah, tinggi, atau meningkat, semuanya hanya berarti "datang", tidak akan berubah arti menjadi "pergi". Lain halnya dengan bahasa Thai, satu kata dalam bahasa Thai akan memiliki arti yang berbeda jika diucapkan dengan tone yang berbeda. Misalnya, kata "suai" dengan tone sedang (mid tone) berarti "sial", sedangkan kata "suai" dengan tone meningkat (rising tone) berarti "cantik".
Sebagai orang Indonesia, kita harus sangat berhati-hati dalam mengucapkan kata "suai" ini. Kenapa? karena orang Indonesia terbiasa menggunakan tone sedang (mid tone) dalam berbicara. Alhasil, mengucapkan kata "suai" dengan biasa saja, maka dapat memberi arti "sial" pada kalimat yang anda ucapkan. Saya pribadi sudah beberapa kali mengalami kejadian salah arti ini pada bulan-bulan pertama belajar bahasa Thai. Saya bermaksud memuji kecantikan teman sekelas (sambil praktek bahasa Thai), tetapi jadinya malah mengucapkan kalimat yang salah. Nah, untuk menghindari kesalahan yang sama saat berbicara pada orang Thai, ada baiknya pelajari 5 jenis tone khas Thai. Perbedaan kelima jenis tone dalam bahasa Thai dapat dilihat pada gambar berikut:
Sebagai orang Indonesia, kita harus sangat berhati-hati dalam mengucapkan kata "suai" ini. Kenapa? karena orang Indonesia terbiasa menggunakan tone sedang (mid tone) dalam berbicara. Alhasil, mengucapkan kata "suai" dengan biasa saja, maka dapat memberi arti "sial" pada kalimat yang anda ucapkan. Saya pribadi sudah beberapa kali mengalami kejadian salah arti ini pada bulan-bulan pertama belajar bahasa Thai. Saya bermaksud memuji kecantikan teman sekelas (sambil praktek bahasa Thai), tetapi jadinya malah mengucapkan kalimat yang salah. Nah, untuk menghindari kesalahan yang sama saat berbicara pada orang Thai, ada baiknya pelajari 5 jenis tone khas Thai. Perbedaan kelima jenis tone dalam bahasa Thai dapat dilihat pada gambar berikut:
Itulah tiga hal unik yang menarik perhatian saya selama berada di Negeri Siam ini. Tentu saja masih banyak keunikan lainnya yang akan saya share pada postingan selanjutnya.
Ayo share artikel ini ke teman-teman yang lain !
Share is caring !
Sampai Jumpa !